Laporan Observasi: Manajemen
Kelas
Disusun
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Psikologi
Pendidikan
Oleh:
Kelompok 6
Melisa Windi Tri Lestari 161301084
Riky Hambali Samosir 161301100
Muhammad Dani Syahputra 161301101
Putri Amelia Tambunan 161301109
Annisyah Maulidina 161301111
Maswinda Ainun Mardiah 161301122
Bina Swita Manalu 161301131
Asyifa Rizvi Al-Miraza 161301157
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
MEDAN 2017
PERENCANAAN
1.1.
Latar Belakang (Pendahuluan)
Manajemen kelas merupakan salah satu serangkaian
upaya dalam menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta
didik untuk belajar dengan baik. Guru yang baik akan berusaha menguasai kelas dalam
peoses pembelajaran dengan keterampilan mengelola kelas yang optimal. Manajemen
kelas yang baik akan membawa peserta didik pada keberhasilan dalam mencapai
tujuan pembelajaran.Artinya guru mampu menyampaikan bahan pelajaran dan dapat
diterima oleh peserta didik dengan baik.
Oleh karena itu, sebaiknya kelas dimanajemeni secara
baik, profesional, dan berkelanjutan. Untuk sampai pada tujuan yang dimaksud
terlebih dahulu diperlukan pemahaman akan hal-hal umum/prinsip-prinsip
manajemen kelas. Bahwasanya dalam kelas segala aspek pembelajaran bertemu dan
berproses; guru dengan segala kemampuannya; murid dengan segala latar belakang
dan potensinya; kurikulum dengan segala komponennya; metode dengan segala
pendekatannya; media dengan segala perangkatnya; materi dengan segala sumber
belajarnya bertemu dan berinteraksi di dalam kelas.
Pengelolaan kelas yang buruk akan menimbulkan
permasalahan-permasalahan baik itu
permasalahan yang sifatnya tidak mengganggu, hingga ke permasalahan yang serius
dan terus menerus. Hal ini akan menyebabkan dampak-dampak buruk bagi peserta
didik dan guru tentunya. Dampak terburuk dari gagalnya manajemen kelas adalah
tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang diajarkan saat itu.
Untuk menganalisis keadaan tersebut kami selaku
kelompok 6 memilih SD Negeri No. 064988 Medan Johor untuk diobservasi melalui
pelaksanaan manajemen kelas dalam proses pembelajaran di kelas 6A dan 6C.
1.2.
Tujuan
Tujuan
dalam observasi ini untuk mendeskripsikan :
1.
Pelaksanaan manajemen kelas dalam proses pembelajaran di kelas VI SD Negeri
064988 tahun pelajaran 2016/2017.
2.
Faktor-faktor apa saja yang pelaksanaan manajemen kelas dalam proses pembelajaran
di kelas VI b dan c SDN 064988 Medan.
BAB II
PELAKSANAAN
2.1.
Data Lokasi Observasi
Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SDN
064988
NPSN : 10209938
Alamat
Sekolah :
Jalan : Jl. Karya Jaya
Desa/Kelurahan : Pangkalan
Mansyur
Kecamatan : Medan
Johor
Kabupaten/Kota : Kota
Medan
Provinsi : Sumatera Utara
Telepon : 061-7882712
Kode Pos : 20143
Kepala
Sekolah : Hainah Harahap, S.Pd.
Objektif Observasi
Waktu pelaksanaan : Jumat,
31 Maret 2017
Lama pelaksanaan : 1
jam
Pembagian tugas :
Kelas 6A
Pewawancara : Annisyah
Maulidina
Cameraman : 1.
Muhammad Dani Syahputra
2. Maswinda Ainun
Pengobservasi : 1.
Annisyah Maulidina
2. Maswinda Ainun
3. Meilisa Windi
4. Muhammad Dani Syahputra
Kelas 6C
Pewawancara : Asyifa
Rizvi Al-Miraza
Cameraman : 1.
Putri Amelia Tambunan
2. Asyifa Rizvi Al-Miraza
Pengobservasi : 1.
Bina Swita Manalu
2. Riki Hambali Samosir
3. Asyifa Rizvi Al-Miraza
4. Putri Amelia Tambunan
Narasumber
Guru Kelas 6A : Ibu
Suwarni
Guru Kelas 6C : Ibu
H.Siregar
Objek Observasi : Seluruh
murid kelas 6A dan 6C.
2.2.
Teori Pendekatan Pembelajaran
2.2.1.
Pengertian Teori Belajar
Teori
adalah seperangkat asas yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam
dunia nyata dinyatakan oleh Mc. Keachie dalam Grendel 1991:5 (Hamzah Uno, 2006:4).Sedangkan
Hamzah (2003:26) menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat preposisi yang
didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari
satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat
dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. Dari dua
pendapat diatas Teori adalah seperangkat asas tentang kejadian-kejadian yang
didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari,
dianalisis dan diuji kebenarannya.
Belajar
merupakan kegiatan yang sering dilakukan setiap orang. Belajar dilakukan hampir
setiap waktu, kapan saja, dimana saja,
dan sedang melakukan apa saja.
Belajar juga merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk
mendapatkan perubahahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau
pengalaman-pengalaman. Belajar dapat membawa perubahan pada si pelaku, baik
perubahan pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan. Pengertian belajar sendiri
adalah suatu perubahan dalam tingkah laku dan penampilan sebagai hasil dari
praktik dan pengalaman.
Jadi teori
belajar adalah sebuah konsep yang abstrak yang membantu peserta didik untuk
belajar.
2.2.2.
Macam-macam Teori Belajar
Dengan
berkembangnya psikologi dalam pendidikan, maka bersamaan dengan itu bermunculan
pula berbagai teori tentang belajar. Di dalam masa perkembangan psikologi
pendidikan ini muncullah beberapa aliran psikologi pendidikan, diantaranya
yaitu :
Teori behavioristik adalah
sebuah teori tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran
psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Menuru
teori behavior, belajar adalah perubahan
tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang telah dianggap belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan
tingkah lakunya. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input
yang berupa stimulus dan keluaran atau otput yang berupa respon.
Teori behavioristik dengan
model dan hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai
individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat
bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Berikut
tokoh-tokoh teori behavioristik:
a. Edward L.
Thordike
Menurut
teori ini, belajar adalah pembentukan atau penguatan hubungan antara stimulus
dan respon. Thorndike menekankan bahwa belajar terdiri atas pembentukan ikatan
atau hubungan-hubungan antara stimulus-respons yang terbentuk melalui pengulangan.
Teori ini dimunculkan sebagai hasil
eksperimen yang dilakukan oleh thorndike. Beliau melakukan percobaan pada
seekor kucing muda. Kucing itu dibiarkan kelaparan dalam kurungan yang pintunya
berjeruji. Kurungan kucing itu diberi beberapa tombol. Apabila salah satu
tombolnya terpijit, pintu itu akan
terbuka dengan sendirinya. Sementara itu, di luar kurungan disediakan makanan
yang diletakkan dalam sebuah piring. Kucing mulai beraksi. Ia bergerak kesana
kemari dan mencoba untuk keluar dari kurungan. Tidak beberapa lama tanpa
disengaja kucing tersebut menyentuh tombol pembuka pintu. Dengan girang, ia
keluar dari kurungan dan menuju tempat makanan tersebut.
Thorndike
mencoba beberapa kali hal yang sama pada kucing tersebut. Pada awal percobaan
kucing tersebut masih mondar-mandir hingga menyentuh tombol. Namun setelah
sekian lama percobaan kucing tersebut tidak mondar-mandir lagi, ia langsung
menyentuh tombol pembuka pintu. Dengan demikian thorndike menyimpulkan bahwa
proses belajar melalui dua bentuk, yaitu:
1) trial and error , mengandung arti bahwa dengan terlatihnya proses belajar dari
kesalahan, dan mencoba terus sampai berhasil.
2) law of effect, mengandung
arti bahwa segala tingkah laku yang mengakibatkan suatu keadaan yang memuaskan
akan terus diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya.
b. Ivan Petrovitch
Pavlov
Teori
pavlov lebih dikenal dengan pembiasaan klasik (classical conditioning).
Teori ini dimunculkan sebagai hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov,
seorang ilmuwan rusia. Teori classical conditioning adalah sebuah
prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum
terjadinya refleks tersebut. Dalam eksperimennya, Pavlov menggunakan anjing
dengan tujuan mengkaji bagaimana pembelajaran berlaku pada suatu organisme.
Teori ini
dilatarbelakangi oleh percobaan Pavlov dengan keluarnya air liur. Air liur akan
keluar apabila anjing melihat atau mencium bau makanan. Dalam percobaanya
Pavlov membunyikan bel sebelum memperlihatkan makanan pada anjing. Setelah diulang
berkali- kali ternyata air liur tetap keluar bila bel berbunyi meskipun
makananya tidak ada. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perilaku individu dapat
dikondisikan. Belajar merupakan suatu upaya untuk mengondisikan pembentukan
suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Kebiasaan makan atau mandi pada
jam tertentu, kebiasaan berpakaian, masuk kantor, kebiasaan belajar, bekerja
dll. Terbentuk karena pengkondisian.
c. Burrhus
Frederic Skinner
Konsep-konsep
yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh
sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih
komprehensif.
Menurut
Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi
dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku,
tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya
respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus
yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan
memengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki
konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi inilah yang nantinya memengaruhi munculnya
perilaku.
Oleh
karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan
antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin
dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon
tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan
perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya
akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu
penjelasan lagi, demikian seterusnya.
2. Teori Kognitif
Psikologi
kognitif lebih menekankan pendidikan sebagai proses internal mental manusia termasuk
bagaimana orang berfikir, merasakan, mengingat, dan belajar. Tingkah laku
manusia yang tampak tidak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses
mentalnya, seperti motivasi, keyakinan, dan sebagainya. Psikolagi kognitif
menyebutkan bahwa belajar adalah peristiwa mental, bukan peristiwa perilaku
fisik meskipun hal-hal yang bersifat behavioral kadang-kadang tampak kesat mata
dalam setiap peristiwa belajar manusia. Seseorang yang sedang belajar membaca
dan menulis, tentu menggunakan perangkat jasmaniah yaitu mulut dan tangan untuk
mengucapkan kata dan menggoreskan pena. Akan tetapi, menggerakkan mulut dan
menggoreskan penayang dilakukan bukan sekedar respons atau stimulus yang ada,
melainkan yang terpenting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya.
Kehadiran
aliran psikologi kognitif, tampaknya menjadi pengikis aliran behaviorisme yang selalu menekankan pada aspek perilaku
lahir. Teori-teori yang dikemukakan oleh aliran behaviorisme kurang memuaskan
para psikolog modern dewasa ini.
Berikut
tokoh-tokoh teori kognitif:
a. Teori Gestalt
Teori ini
dikenal juga dengan sebutan field theory atau insight full learning. Menurut
teori gestalt, manusia bukan sekedar makhluk reaksi yang berbuat atau bereaksi
jika ada perangsang yang memengaruhinya. Akan tetapi, manusia adalah individu
yang merupakan bulatan fisik dan psikis.
Manusia
menurut Gestalt, adalah makhluk bebas. Ia bebas memilih cara untuk bereaksi dan
menentukan stimuli yang diterima atau stimuli yang ditolaknya. Dengan demikian,
belajar menurut psikolagi gestalt bukan sekedar proses asosiasi antara stimulus
dan respons yang lama makin kuat tetapi karena adanya latihan-latihan atau
ulangan-ulangan. Akan tetapi belajar terjadi jika ada pengertian (insight).
Pengertian atau insight ini muncul setelah beberapa saat seseorang mencoba
memahami suatu masalah yang muncul kepadanya.
Persepsi
dan insight siswa sangat penting dalam teori gestalt. Salah satu sumbangan yang
paling penting dari teori gestalt adalah ide bahwa tugas-tugas sekolah harus
cocok dengan pengalaman dan pemahaman siswa, kegagalan sering terjadi karena:
(1) tugas terlalu sulit bagi siswa untuk mencapai insight, (2)
keterangan-keterangan dari guru tidak terlalu jelas.
b. Teori Jean Piaget
Menurut
Jean Piaget (1975) salah seorang penganut aliran kognitif yang kuat, bahwa
proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu: Proses asimilasi
adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif
yang sudah ada dalam benak siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur
kognitif ke dalam situasi yang baru. Equilibrasi adalah penyesuain
berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Implikasi Teori Kognitif
Piaget dalam pembelajaran, yaitu perkembangan kognitif sebagian besar
bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi
dengan lingkungannya, yaitu bagaimana anak secara aktif mengkontruksi
pengetahuannya. Pengetahuan sendiri datang dari tindakan.
Menurut
teori Piaget pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi
terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan
teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas
pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis.
c. Teori Burner
Menurut
pandangan Brunner (1964) bahwa teori belajar itu bersifat deskriptif, sedangkan
teori pembelajaran itu bersifat preskriptif. Misalnya, teori penjumlahan,
sedangkan teori pembelajaran menguraikan bagaimana cara mengajarkan penjumlahan
3. Teori Humanistik
Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus
berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri.
Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar,
dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses
belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih
tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar
seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian.. Teori
apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai
aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil
jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar
dari sudut pandang pelakunya, bukan dari
sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa
untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Teori Belajar Humanistik
adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan
manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya.
Berikut
tokoh-tokoh teori humanistik:
a.
Carl Rogers
Rogers
kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar. Belajar dipandang
sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka berpendapat bahwa belajar yang
sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual
maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori belajar humanisme
bahwa motifasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik.
Roger
membedakan dua ciri belajar, yaitu: (1) belajar yang bermakna dan (2) belajar
yang tidak bermakna. Belajar yang bermakna terjadi jika dalam proses
pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik, dan belajar
yang tidak bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek
pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik. Bagaimana
proses belajar dapat terjadi menurut teori belajar humanisme?. Orang belajar
karena ingin mengetahui dunianya. Individu memilih sesuatu untuk dipelajari,
mengusahakan proses belajar dengan caranya sendiri, dan menilainya sendiri
tentang apakah proses belajarnya berhasil. Menurut Roger, peranan guru dalam
kegiatan belajar siswa menurut pandangan teori humanisme adalah sebagai
fasilitator yang berperan aktif dalam :
(1) membantu menciptakan suasana kelas yang
kondusif agar siswa bersikap positif terhadap belajar,
(2) membantu siswa untuk memperjelas tujuan
belajarnya dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar,
(3) membantu siswa untuk memanfaatkan dorongan
dan cita-cita mereka sebagai kekuatan pendorong belajar,
(4) menyediakan berbagai sumber belajar kepada
siswa,
(5) menerima pertanyaan dan pendapat, serta
perasaan dari berbagai siswa sebagaimana adanya.
b.
Arthur Combs
Combs
memberikan lukisan persepsi diri dalam dunia seseorang seperti dua lingkaran
(besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu.. Lingkaran kecil (1) adalah
gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia.
Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang
pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan
dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
4. Teori Konstruktivistik
Menurut cara pandang teori konstruksivisme belajar adalah
proses untuk membanguin pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan.
Artinya siswa akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangu atas
dasar realitas yang ada di dalam masyarakat. Evaluasi pembelajaran. Dalam
treori kontruktivisme, evaluasi tidak hanya dimaksudkan untuk mengetahui
kualitas siswa dalam memahami materi dari guru. Evaluasi menjadi saran untuk
mengetahui kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran.
Konstruktivisme sebagai deskripsi kognitif manusia
seringkali diasosiasikan dengan pendekatan paedagogi yang mempromosikan
learning by doing. Teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk
belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain
yang diperlakukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
Menurut asalnya, teori konstruktivime bukanlah teori
pendidikan. Teori ini berasal dari disiplin filsafat, khususnya filsafat ilmu.
Pada tataran filsafat, teori ini membahas mengenai bagaimana proses
terbentuknya pengetahuan manusia. Menurut teori ini pembentukan pengetahuan
terjadi sebagai hasil konstruksi manusia atas realitas yang dihadapinya. Dalam
perkembangan kemudian, teori ini mendapat pengaruh dari disiplin psikologi terutama
psikologi kognitif Piaget yang berhubungan dengan mekanisme psikologis yang
mendorong terbentuknya pengetahuan. Menurut kaum konstruktivis, belajar
merupakan proses aktif siswa mengkostruksi pengetahuan. Proses tersebut
dicirikan oleh beberapa hal sebagai berikut:
- Belajar
berarti membentuk makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang mereka
lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi makna ini dipengaruhi oleh
pengertian yang telah ia punyai.
- Konstruksi
makna merupakan suatu proses yang berlangsung terus-menerus seumur hidup.
- Belajar
bukan kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih berorientasi pada
pengembangan berpikir dan pemikiran dengan cara membentuk pengertian yang
baru. Belajar bukanlah hasil dari perkembangan melainkan perkembangan itu
sendiri. Suatu perkembangan yang menuntun penemuan dan pengaturan kembali
pemikiran seseorang.
- Proses
belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skemata seseorang dalam
keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi disekuilibrium
merupakan situasi yang baik untuk belajar
- Hasil
belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan
lingkungan siswa.
- Hasil
belajar siswa tergantung pada apa yang sudah diketahuinya.
Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik
untuk menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanis untuk mengumpulkan fakta.
Dalam konteks yang demikian, belajar yang bermakna terjadi melalui refleksi,
pemecahan konflik pengertian dan selalu terjadi pembaharuan terhadap pengertian
yang tidak lengkap.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut dapat ditarik sebuah
inferensi bahwa menurut teori konstruktivisme belajar adalah proses
mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengabstraksi pengalaman sebagai hasil
interaksi antara siswa dengan realitas baik realitas pribadi, alam, maupun
realitas sosial. Proses konstruksi pengetahuan berlangsung secara pribadi
maupun sosial. Proses ini adalah proses yang aktif dan dinamis. Beberapa faktor
seperti pengalaman, pengetahuan awal, kemampuan kognitif dan lingkungan sangat
berpengaruh dalam proses konstruksi makna.Argumentasi para konstruktivis
memperlihatkan bahwa sebenarnya teori belajar konstrukvisme telah banyak
mendapat pengaruh dari psikologi kognitif, sehingga dalam batas tertentu aliran
ini dapat disebut juga neokognitif.
Walaupun mendapat pengaruh psikologi kognitif, namun harus
diakui bahwa stressing point teori ini bukan terletak pada berberapa konsep
psikologi kognitif yang diadopsinya (pengalaman, asimilasi, dan
internalisasi).melainkan pada konstuksi pengetahuan. Konstruksi pengetahuan
yang dimaksudkan dalam pandangan konstruktivisme yaitu pemaknaan realitas yang
dilakukan setiap orang ketika berinteraksi dengan lingkungan. Dalam konteks
demikian, konstruksi atau pemaknaan terhadap realitas adalah berlajar itu
sendiri. Dengan asumsi seperti ini, sebetulnya substansi konstrukvisme terletak
pada pengakuan akan hekekat manusia sebagai homo creator yang dapat
mengkonstruksi realitasnya sendiri.Adapun prinsip-prinsip teori belajar
konstruktivistik adalah sebagai berikut :
- Pengetahuan
dibangun oleh siswa sendiri
- Pengetahuan
tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan
murid sendiri untuk menalar
- Murid
aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan
konsep ilmiah
- Guru
sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi
berjalan lancar.
- Menghadapi
masalah yang relevan dengan siswa
- Struktur
pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
- Mmencari
dan menilai pendapat siswa
- Menyesuaikan
kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
2.2.3.
Beberapa Pendekatan pada KBM
1.Pendekatan tujuan pembelajaran
Pendekatan ini berorientasi pada
tujuan akhir yang akan dicapai. Sebenarnya pendekatan ini tercakup juga ketika
seorang guru merencanakan pendekatan lainnya, karena suatu pendekatan itu
dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Semua pendekatan dirancang untuk
keberhasilan suatu tujuan.
Sebagai contoh : Apabila dalam
tujuan pembelajaran tertera bahwa siswa dapat mengelompokan makhluk hidup, maka
guru harus merancang pembelajaran, yang pada akhir pembelajaran tersebut siswa
sudah dapat mengelompokan makhluk hidup. Metode yang digunakan untuk mencapai
tujuan tersebut dapat berupa metode tugas atau karyawisata.
2.Pendekatan konsep
Dengan menggunakan pendekatan konsep
berarti siswa dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang
terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep
dan subkonsep yang menjadi fokus. Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk
memahami konsep.
3.Pendekatan lingkungan
Penggunaan pendekatan lingkungan
berarti mengaitkan lingkungan dalam suatu proses belajar mengajar. Lingkungan
digunakan sebagai sumber belajar. Untuk memahami materi yang erat kaitannya
dengan kehidupan sehari – hari sering digunakan pendekatan lingkungan.
4. Pendekatan inkuiri
Penggunaan pendekatan inkuiri berarti membelajarkan siswa
untuk mengendalikan situasi yang dihadapi ketika berhubungan dengan dunia fisik
yaitu dengan menggunakan teknik yang digunakan oleh para ahli peneliti (
Dettrick, G.W., 2001 ). Pendekatan inkuiri dibedakan menjadi inkuiri terpempin
dan inkuiri bebas atau inkuiri terbuka. Perbedaan antara keduanya terletak pada
siapa yang mengajukan pertanyaan dan apa tujuan dari kegiatannya.
5. Pendekatan penemuan
Penggunaan pendekatan penemuan
berarti dalam kegiatan belajar mengajar siswa diberi kesempatan untuk menemukan
sendiri fakta dan konsep tentang fenomena ilmiah. Penemuan tidak terbatas pada
menemukan sesuatu yang benar – benar baru. Pada umumnya materi yang akan
dipelajari sudah ditentukan oleh guru, demikian pula situasi yang menunjang
proses pemahaman tersebut. Siswa akan melakukan kegiatan yang secara langsung
berhubungan dengan hal yang akan ditemukan.
6. Pendekatan proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama
pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses
seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan
mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan
sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung
siswa dalam kegiatan belajar.
7.Pendekatan interaktif ( pendekatan
pertanyaan anak )
Pendekatan ini memberi kesempatan
pada siswa uuntuk mengajukan pertanyaan untuk kemudian melakukan penyelidikan
yang berkaitan dengan pertanyaan yang mereka ajukan ( Faire & Cosgrove,
1988 dalam Herlen W, 1996 ). Pertanyaan yang diiajukan siswa sangat bervariasi sehingga
guru perlu melakukan langkah – langkah mengumpulkan, memilih, dan mengubah
pertanyaan tersebut menjadi suatu kegiatan yng spesifik.
8.Pendekatan pemecahan masalah
Pendekatan pemecahan masalah
berangkat dari masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan.
Dalam pendekatan ini ada dua versi. Versi pertama siswa dapat menerima saran
tentang prosedur yang digunakan, cara mengumpulkan data, menyusun data, dan
menyusun serangkaian pertanyaan yang mengarah ke pemecahan masalah. Versi
kedua, hanya masalah yang dimunculkan, siswa yang merancang pemecahannya
sendiri. Guru berperan hanya dalam menyediakan bahan dan membantu memberi
petunjuk.
9.Pendekatan sains teknologi dan
masyarakat ( STM )
Hasil penelitian dari National
Science Teacher Association ( NSTA ) ( dalam Poedjiadi, 2000 ) menunjukan bahwa
pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan STM mempunyai beberapa
perbedaan jika dibandingkan dengan cara biasa. Perbedaan tersebut ada pada
aspek : kaitan dan aplikasi bahan pelajaran, kreativitas, sikap, proses, dan
konsep pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini guru dianggap sebagai
fasilitator dan informasi yang diterima siswa akan lebih lama diingat.
Sebenarnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM ini tercakup
juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih ditekankan pada masalah
yang ditemukan sehari – hari, yang dalam pemecahannya menggunakan langkah –
langkah ilmiah
10.Pendekatan terpadu
Pendekatan ini merupakan pendekatan
yang intinya memadukan dua unsur atau lebih dalam suatu kegiatan pembelajaran.
Pemaduan dilakukan dengan menekankan pada prinsip keterkaitan antar satu unsur
dengan unsur lain, sehingga diharapkan terjadi peningkatan pemahaman yang lebih
bermakna dan peningkatan wawasan karena satu pembelajaran melibatkan lebih dari
satu cara pandang.
Pendekatan terpadu dapat
diimplementasikan dalam berbagai model pembelajaran. Di Indonesia, khususnya di
tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pemdekatan terpadu yang sedang
berkembang yaitu model keterhubungan, model jaring laba – laba, model
keterpaduan.
2.2.4.
Beberapa
Metode pada KBM
1.Metode ceramah
Metode
ceramah adalah metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan. Metode ini
banyak dipilih guru karena mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu
khusus serta tidak perlu merancang kegiatan siswa. Dalam pengajaran yang
menggunakan metode ceramah terdapat unsur paksaan. Dalam hal ini siswa hanya
diharuskan melihat dan mendengar serta mencatat tanpa komentar informasi
penting dari guru yang selalu dianggap benar itu. Padahal dalam diri siswa
terdapat mekanisme psikologis yang memungkinkannya untuk menolak disamping
menerima informasi dari guru. Inilah yang disebut kemampuan untuk mengatur dan
mengarahkan diri.
2. Metode tanya jawab
Metode
tanya jawab dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa. Dengan mengajukan
pertanyaan yang terarah, siswa akan tertarik dalam mengembangkan daya pikir.
Kemampuan berpikir siswa dan keruntutan dalam mengemukakan pokok – pokok
pikirannya dapat terdeteksi ketika menjawab pertanyaan. Metode ini dapat
menjadi pendorong bagi siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut pada
berbagai sumber belajar. Metode ini akan lebih efektif dalam mencapai tujuan
apabila sebelum proses pembelajaran siswa ditugasi membaca materi yang akan
dibahas.
3. Metode diskusi
Metode
diskusi adalah cara pembelajaran dengan memunculkan masalah. Dalam diskusi
terjadi tukar menukar gagasan atau pendapat untuk memperoleh kesamaan pendapat.
Dengan metode diskusi keberanian dan kreativitas siswa dalam mengemukakan
gagasan menjadi terangsang, siswa terbiasa bertukar pikiran dengan teman,
menghargai dan menerima pendapat orang lain, dan yang lebih penting melalui
diskusi mereka akan belajar bertanggung jawab terhadap hasil pemikiran bersama.
4. Metode belajar kooperatif
Dalam
metode ini terjadi interaksi antar anggota kelompok dimana setiap kelompok
terdiri dari 4-5 orang. Semua anggota harus turut terlibat karena keberhasilan
kelompok ditunjang oleh aktivitas anggotanya, sehingga anggota kelompok saling
membantu. Model belajar kooperatif yang sering diperbincangkan yaitu belajar
kooperatif model jigsaw yakni tiap anggota kelompok mempelajari materi yang
berbeda untuk disampaikan atau diajarkan pada teman sekelompoknya.
5. Metode demonstrasi
Metode
demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses
kejadian. Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat –
alat bantu pengajaran seperti benda – benda miniatur, gambar, perangkat alat –
alat laboratorium dan lain – lain. Akan tetapi, alat demonstrasi yang paling
pokok adalah papan tulis dan white board, mengingat fungsinya yang multi
proses. Dengan menggunakan papan tulis guru dan siswa dapat menggambarkan
objek, membuat skema, membuat hitungan matematika, dan lain – lain peragaan
konsep serta fakta yang memungkinkan.
6.Metode ekspositori atau pameran
Metode ekspositori
adalah suatu penyajian visual dengan menggunakan benda dua dimensi atau tiga
dimensi, dengan maksud mengemukakan gagasan atau sebagai alat untuk membantu
menyampaikan informasi yang diperlukan.
7.Metode karyawisata/widyamisata
Metode
karyawisata/widyawisata adalah cara penyajian dengan membawa siswa mempelajari
materi pelajaran di luar kelas. Karyawisata memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar, dapat meransang kreativitas siswa, informasi dapat lebih luas
dan aktual, siswa dapat mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi
karyawisata memerlukan waktu yang panjang dan biaya, memerlukan perencanaan dan
persiapan yang tidak sebentar.
8.Metode penugasan
Metode ini
berarti guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode
ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, meransang untuk belajar lebih
banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan membina kebiasaan
mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi dlam metode ini sulit mengawasi
mengenai kemungkinan siswa tidak bekerja secara mandiri.
9.Metode eksperimen
Metode
eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dengan
melakukan eksperimen, siswa menjadi akan lebih yakin atas suatu hal daripada
hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan
sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa.
Metode ini paling tepat apabila digunakan untuk merealisasikan pembelajaran
dengan pendekatan inkuiri atau pendekatan penemuan.
10.Metode bermain peran
Pembelajaran
dengan metode bermain peran adalah pembelajaran dengan cara seolah – olah
berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu
konsep. Dalam metode ini siswa berkesempatanm terlibat secara aktif sehingga akan
lebih memahami konsep dan lebih lama mengingat, tetapi memerlukan waktu lama.
Pendekatan dan metode yang dipilih guru dalam memberikan suatu materi pelajaran sangat menentukan terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Tidak pernah ada satu pendekatan dan metode yang cocok untuk semua materi pelajaran, dan pada umumnya untuk merealisasikan satu pendekatan dalam mencapai tujuan digunakan multi metode.
Metode dibedakan dari pendekatan ; metode lebih menekankan pada pelaksanaan kegiatan, sedangkan pendekatan ditekankan pada perencanaannya. Ada lima hal yang perlu diperhatikan guru dalam memilih suatu metode mengajar yaitu :
Pendekatan dan metode yang dipilih guru dalam memberikan suatu materi pelajaran sangat menentukan terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Tidak pernah ada satu pendekatan dan metode yang cocok untuk semua materi pelajaran, dan pada umumnya untuk merealisasikan satu pendekatan dalam mencapai tujuan digunakan multi metode.
Metode dibedakan dari pendekatan ; metode lebih menekankan pada pelaksanaan kegiatan, sedangkan pendekatan ditekankan pada perencanaannya. Ada lima hal yang perlu diperhatikan guru dalam memilih suatu metode mengajar yaitu :
·
Kemampuan guru dalam menggunakan metode.
·
Tujuan pengajaran yang akan dicapai.
·
Bahan pengajaran yang perlu dipelajari
siswa.
·
Perbedaan individual dalam memanfaatkan
inderanya.
·
Sarana dan prasarana yang ada di
sekolah.
Beberapa pendekatan
yang digunakan dalam pembelajaran biologi adalah pendekatan konsep, pendekatan
keterampilan proses, pendekatan lingkungan, pendekatan inkuiri, pendekatan
penemuan, pendekatan interaktif, pendekatan pemecahan masalah, pendekatan Sains
Teknologi Masyarakat, dan pendekatan terpadu. Untuk merealisasikan suatu
pendekatan dalam mencapai tujuan dapat digunakan beberapa metode antara lain
metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode demonstrasi, metode
ekspositori, metode karyawisata, metode penugasan, metode eksperimen, metode
belajar kooperatif, dan metode bermain peran.
2.3.
Motivasi
2.3.1. Defenisi Motivasi
Motivasi
merupakan aspek penting dalam psikologi learned
centered dalam pengajaran yakni suatu proses perilaku individu sebagai
pemberi semangat yang penuh energi , sehingga dapat bertindak sesuai tujuan
arah tertentu karena kegigihan dari suatu perilaku.
2.3.2. Perspektif Motivasi
Perspektif
psikologi menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda berdasarkan perspektif
yang berbeda pula. Empat perspektif diantaranya :
1. Perspektif
Behavioral
2. Perspektif
Humanistik
3. Perspektif
Kognitif
4.
Perspektif Sosial
o
Perspektif Behavioral
Merupakan
cara pandang yang menekankan pada imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci
menentukan motivasi. Motivasi murid
sebagai konsekuensi dari insentif eksternal.
Insentif
adalah peristiwa atau stimuli positif atau negative yang dapat memotiasi
perilaku murid.sehingga, insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada
pelajaran dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan dapat
menjauhkan dari perilaku tidak tepat. Seperti ketika diberikan dalam bentuk
nilai yang baik, tanda bintang, pujian, penghargaan
o
Perspektif
Humanistik
Merupakan
cara pandang yang menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan
kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib sendiri serta memiliki kualitas
positif (seperti peka terhadap orang lain ).
o
Perspektif Kognitif
Merupakan cara pandang yang menekankan pemikiran murid akan memandu motivasi mereka,
dan juga arti penting dari penentuan tujuan, perencanaan dan monitoring
kemajuan menuju suatu tujuan
Perspektif kognitif
bertentangan dengan behavioral, berpendapat bahwa tekanan eksternal seharusnya
tidak dilebih-lebihkan.
Murid meraih prestasi
tinggi bukan karena kebutuhan biologis tapi karena punya motivasi internal
untuk berinteraksi dengan lingkungan secara efektif
o
Perspektif Sosial
Merupakan cara pandang yang menekankan pada
keterhubungan atau Kebutuhan afiliasi yaitu motivasi untuk berhubungan dengan
orang lain secara aman, membutuhkan pembentukan, pemeliharaan dan pemulihan
hubungan personal yang hangat dan akrab.
Kebutuhan
afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama
teman, keterikatan dengan orang tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan
positif dengan guru.
Murid yang punya
hubungan yang penuh perhatian dan supportif biasanya memiliki sikap akademik
yang positif dan lebih senang bersekolah.
2.
Motivasi untuk meraih sesuatu
Perhatian
terhadap motivasi di sekolah telah dipengaruhi oleh perspektif kognitif. Dan
dibutuhkan sejumlah strategi kognitif efektif untuk meningkatkan motivasi murid
untuk meraih sesuatu atau untuk berprestasi. Dengan mengeksplorasi perbedaan
krusial antara motivasi ekstrinsik (eksternal ) dan motivasi intrinsik (
internal ). Beberapa pandangan kognitif penting tentang motivasi dan mengkaji
efek dari kecemasan terhadap prestasi dan strategi instruksional untuk membantu
murid berprestasi.
·
Motivasi
instrinsik
Motivasi Instrinsik adalah motivasi
internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri
).
Motivasi intrinsik terbagi dua yaitu:
·
Motivasi intrinsik dari determinasi diri
dan pilihan personal
·
Motivasi intrinsik dari pengalaman
optimal.
Determinasi
diri dan pilihan personal. Salah satu pandangan tentang
motivasi intrinsik menekankan pada determinasi diri (deCharms et al., 1984)
yaitu murid ingin percaya diri bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan
sendiri bukan karena imbalan eksternal.
Pengalaman
optimal adalah perasaan senang atau gembira yang besar
terhadap sesuatu yaitu ketika seseorang mengetahui dan berkonsentrasi penuh
saat melakukan suatu aktivitas dengan dikenal sebagai istilah flow. Dengan
terlibat dalam tantangan yang mereka anggap tidak sulit dan juga tidak terlalu
mudah
·
Motivasi
ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah melakukan
sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain ( cara untuk mencapai tujuan).
Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti hukuman
dan imbalan. Imbalan ekstrinsik dapat
berguna untuk mengubah perilak
2.4.
Orientasi Belajar
·
Perencanaan
dan instruksi pelajaran teacher centered
Fokus di sekolah adalah pada perencanaan
dan instruksi guru. Dalam pendekatan ini , perencanaan dan instruksi disusun
dengan ketat dan guru mengarahkan
pembelajaran murid.
·
Perencanaan
pelajaran teacher-centered
Tiga alat umum di sekolah ynag berguna
dalam perencanaan teacher centered adalah menciptakan sasaran behavioral (
perilaku ), menganalisis tugas dan menyusun taksonomi (klasifikasi)
instruksional.
Menciptakan
sasaran behavioral.
Sasaran behavioral ( behavioral
objectives) adalah pernyataan tentang perubahan yang diharapkan oleh guru akan
terjadi dalam kinerja murid. Menurut
robert majer ( 1962 ),sasaran behavioral harus spesifik. Mager percaya bahwa
sasaran behavioral harus mengandung tiga bagian :
·
Perilaku murid.
·
Kondisi dimana perilaku terjadi. Menyatakan
bagaimana perilaku akan dievaluasi atau dites.
·
Kriteria kinerja.
Menganalisis
tugas
Menganalisis
tugas adalah alat lain dalam perencanaan teachered centered adalah anilisis
tugas, yang difokuskan pada pemecahan suatu tugas kompleks yang dipelajari murid
menjadi komponen – komponen ( Alberto et al., 1990). Analisis ini dapat melalui
tiga langkah dasar ( Moyer et al., 1978):
·
Menentukan keahlian atau konsep yang
diperlukan murid untuk mempelajari tugas.
·
Mendaftar materi yang dibutuhkan untuk
melakukan tugas , seperti kertas,pensil kalkulator dan sebagainya.
·
Mendaftar semua komponen tugas yang
harus dilakukan.
Menyusun
taksonomi instruksional. Instruksi taksional juga membantu
pendekatan teachered centered . taksonomi adalah sistem klasifikasi. Taksonomi
ini mengklasifikasikan sasaran pendidikan menjadi tiga domain : kognitif,
afektif, dan psikomotor.
Domain
kognitif.mengandung 6 sasaran yaitu :
·
Pengetahuan. Murid punya kemampuan untuk
mengingat informasi. Berdasarkan hasil observasi kami bahwa murid mempunyai
kemampuan untuk mendeskripsikan beberapa hal yang menyangkut tata surya seperti
, nama planet, jenis planet dan benda angkasa.
·
Pemahaman adalah murid memahami
informasi dan menerangkannya dengan kalimat sendiri. Berdasarkan hasil
observasi kami pada kelas bahwa masih banyak murid yang belum bisa
mendeskripsikan planet tanpa melihat buku dan menjawab pertanyaan yang diajukan
dengan melihat buku.
·
Aplikasi. Murid menggunakan pengetahuan
problem kehidupan nyata.
·
Analisis. Murid memecah informasi yang
kompleks menjadi bagian kecil kecil dan mengaitkan dengan informasi lain.
Berdasarkan hasil observasi kami bahwa murid dapat menganalisis perbedaan
beberapa planet dengan planet lainnya.
·
Sintesis.murid mengombinasikan elemen
elemen dan menciptakan informasi baru.
Berdasarkan hasil observasi kami bahwa beberapa murid mencatat beberapa
informasi penting yang ditulis guru di papan tulis.
·
Evaluasi.murid membuat penilaian dan
keputusan yang baik. Berdasarkan hasil observasi kami bahwa murid menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru berasarkan hasil pembelajaran yang diajukan
guru.
Domain
afektif adalah yang berhubungan dengan respons emosional
terhadap tugas ( Krathworl et al., 1964). Terdiri atas 5 sasaran yaitu agar murid menunjukan tingkat
komitmen atau intensitas emosional tertentu :
·
Penerimaan. Murid mengetahui atau
memperhatikan sesuatu di lingkungan.
·
Respons. Murid termotivasi untuk belajar
dan menunjukan perilaku baru sebagai hasil dari pengalamannya
·
Menghargai. Murid terlibat atau
berkomitmen pada beberapa pengalaman.
·
Pengorganisasian. Murid mengintegrasikan
nilai baru ke perangkat nilai yang sudah ada dan memberi prioritas yang tepat
.
·
Menghargai karakterisasi. Yaitu murid
bertindak sesuai dengan nilai tersebut dan berkomitmen terhadap nilai tersebut.
Domain
psikomotor. Kebanyakan dari kita menghubungkan aktivitas motor
dengan pendidikan fisik dan atletik, tetapi banyak subjek lain, seperti menulis
dengan tangan dn pengolahan kata , juga membutuhkan gerakan dan menggunakan
peralatan yang kompleks seperti: seni visual dan pahat membutuhkan
koordinasi mata dan tangan. Sasaran
psikomotor menurut blossom adalah :
·
Gerak refleks. Murid merespon suatu
stimulus dengan gerak refleks tanpa perlu banyak berpikir.
·
Gerak fundamental dasar.murid melakukan gerakan
dasar untuk tujuan tertentu.
·
Kemampuan perseptual. Murid menggunakan
indra, seperti penglihatan, pendengaran, atau sentuhan untuk melakukan sesuatu.
·
Kemampuan fisik. Murid mengembangkan
daya tahan,kekuatan dan fleksibilitas dan kegesitan.
·
Gerakan terlatih. Murid melakukan
ketrampilan fisik yang kompleks dengan lancar.
·
Perilaku nondiskusif. Murid
mongkomunikasikan perasaan dan emosinya melalui gerak tubuh.
Intruksi langsung
adalah pendekatan teacher centered yang terstrukur yang dicirikan oleh arahan
dan kontrol guru, ekspetasi guru yang tinggi terhadap kemajuan murid dan usaha guru meminimalisir pengaruh negatif
terhadap murid. Berdasarkan hasil pengamatan kami bahwa guru dalam hal agar
siswa mengikuti pelajaran adala dengan memberikan instruksi perhatian murid ke
papan tulis, juga murid diberikan ekspetasi yang tinggi terhadap kemajuan murid
di kelas. Guru meminimalisir efek keributan dalam hal proses belajar mengajar
adalah memberi insruksi untuk tidak ribut ke murid dan tidak menggunakan hukuman
sebagai alat meminimalisir perilaku negatif siswa.
Strategi instruksional teacher –
centered
Banyak
strategi teacher- centered merefleksikan instruksi langsung. Di sini berbicara
mengenai orientasi pada materi baru, mengajar, menjelaskan dan mendemontrasikan;
menanyakan dan diskusi;penguatan pembelajaran ; tugas di kelas dan pekerjaan
rumah.
Mengorientasikan.
Beberapa strategi instruksional
learned centered
Pembelajaran
berbasis problem
Pembelajaran
berbasis problem menekankan pada masalah problem kehidupan nyata. Yaitu kurikulum
riil yang mengacu pada pertanyaan tentang problem problem dalam kehidupan nyata
kepada murid.
Pertanyaan essensial adalah
pertanyaan yang mereflesikan inti dari kurikulum. Hal yang paling penting yang
harus dieksplorasi dan dipelajari murid
2.1.
Manajemen Kelas
Manajemen kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana
belajar mengajar yang efektif yang menyenangkan serta dapat memotivasi siswa
untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan. Pada SDN 064988 manajemen kelas
yang di lakukan sudah cukup baik karena manajemen kelas disini mengandung aspek
lingkungan fisik yang cukup baik dan mampu menciptakan pembelajaran yang
nantinya dapat mengoptimalkan kemampuan siswa. Karena lingkungan kelas yang
memadai, alat peraga yang di tempel di kelas juga berasal dari kreatifitas
siswa. Ada dua tujuan managemen kelas yang efektif : membantu murid
menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas
yang tidak diorientasikan pada tujuan, dan mencegah murid mengalami problem
akademik dan emosional.
1.
Mendesain lingkungan fisik kelas
·
Gaya penataan
o
Gaya penataan pada SDN 064988
adalah gaya auditorium tradisional, dimana semua murid duduk menghadap guru di
depannya.
*gaya
penataan kelas SDN 064988*
Namun selain gaya penataan ini
terdapat gaya penataan kelas lain, diantaranya :
·
Gaya tatap muka (face to face), murid
saling menghadap satu sama lain.
·
Gaya off-set, sejumlah murid (3-4 orang)
duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain.
·
Gaya seminar, sejumlah besar murid (10
atau lebih) duduk din susunan berbentuk
lingkaran, persegi, atau bentuk U.
·
Gaya Klaster (cluster), sejumlah
murid (4-8 orang) berkerja dalam kelompok kecil.
2.
Menciptakan
Lingkungan Positif untuk Pembelajaran
Seperti yang sudah di
jelaskan sebalumnya, lingkungan yang baik mampu menghasilkan pembelajaran
maksimal yang nantinya mampu berdampak baik terhadap anak didik dan
pembelajaran yang berlangsung, ada beberapa strategi yang biasanya di gunakan
guru sebagai pedoman mereka untuk membimbing pembelajaran, yaitu :
·
Strategi Umum
·
Gaya
otoritatif
Guru yang otoritatif
akan cendrung mempunyai murid yang mandiri, tidak cepat puas, mau berkerja sama
dengan teman, dan menujukkan penghargaan diri yang tinggi. Guru otoritatif akan
melibatkan murid dalam kerja sama give-and-take dan menujukkan sikap perhatian
kepada mereka, menjelaskan aturan dan regulasi, dan menentukan standar dengan
masukan dari murid. Stategi menagemen kelas yang otoritatif akan mondorong
murid untuk menjadi pemikir yang independen dan pelaku independen.
2.6.
Kesimpulan Hasil Wawancara dengan Guru
Kelas 6A (Windy, Winda,
Dina, Dani)
Hasil yang dapat disimpulkan adalah
pembelajaran pada kelas ini menggunakan sistem KTSP degan metode pembelajaran
yang lebih mengandalkan diskusi dan eksperimen menggunakan alat peraga pada
pembelajarannya. Kesan pertama kami ketika memasuki kelas ini adalah “ceria”.
Guru dan murid saling berinteraksi dengan baik sekali, sekalipun terkadang guru
kualahan memonitor seisi kelas ketika mulai ribut, namun peserta didik tetap
mau mendengarkan aba aba atau perintah yang di keluarkan oleh guru sehingga
menciptakan kelas yang kondusif.
Sesuai
pengakuan guru, anak anak di kelas ini memiliki kemampuan yang beragam, namun
dominan berintelegensi tinggi, mudah menangkap pelajaran, dan aktif. Guru
membuka kelas dengan pijakan awal bernyanyi, kebetulan hari itu, 31 Maret 2017
adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam mengenai planet. Guru pun
membimbing peserta didik menyanyikan lagu “alam semesta” yang di arangsmen
dengan irama balonku ada lima. Peserta didik terlihat hapal dengan lagu yang
dinyanyikan. Setelah memberi pijakan awal, guru me-review pelajaran minggu lalu
denan memberikan sesi tanya jawab, peserta didik terlihat antusias menjawab
pertanyaan yang diajukan. Dan setelah pemberian metode ceramah sebagai inti
pembelajaran, guru mencoba menguji kemampuan siswa dengan pemberian soal latihan dengan cara mendikte. Anak anakpun
bisa menjawab pertanyaan yaang di berikan dengan sempurna. Anak-anakpun
tertib hingga jam terakhir pembelajaran.
Saat diwawancara guru menjawab
pertanyaan dengan ramah dan tearatur, menurut guru, penbelajaran pada kelas ini
mampu dioptimalkan lagi dengan sarana dan prasarana yang mendukung, seperti
alat peraga.
Kelas 6C (Syifa,
Bina, Putri, Riki)
Dari
hasil wawancara tim bersama guru kelas 6C—Ibu H.Siregar (44 tahun) —pada
tanggal 31 Maret 2017, tepat sebelum pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas
itu dimulai, dapat disimpulkan bahwa murid di kelas 6C cukup antusias dalam
mengikuti pelajaran. Mereka mampu memahami keseluruhan materi yang diajarkan
oleh guru. Suasana kelas juga sangat kondusif, tidak ada siswa yang terlalu
ribut selama belajar. Mereka juga tidak terpecah konsentrasinya saat ada orang
lain yang masuk ke kelas selama proses belajar. Walaupun, menurut pengakuan Ibu
Siregar, beberapa murid sedikit “bandel” tidak mau memperhatikan guru selama
menjelaskan materi. Dalam menyikapi anak yang “bandel” tersebut, ia menuturkan
cukup menegur dan menasehati saja, belum pernah ada murid yang dihukum, karena
mereka cukup paham dengan teguran.
Kelas
ini cukup interaktif, pembelajaran tidak hanya satu arah—dari guru saja—tetapi
guru juga mengajak para murid untuk ikut aktif dengan mengajukan beberapa
pertanyaan lisan dan tulisan. Ibu Siregar menuturkan adakalanya mereka
membentuk diskusi kelompok. Semua metode yang diterapkan direspon baik oleh
para murid. Metode yang diterapkan oleh beliau menghasilkan kemampuan yang
bervariasi, ada beberapa murid yang masih berada di bawah rata-rata kemampuan
teman lainnya, dan ada juga murid yang menonjol.
Ibu
Siregar tidak hanya menanamkan pemahaman materi belajar, tetapi juga pendidikan
karakter dan motivasi belajar. Beliau sangat menjunjung nilai kejujuran pada
siswanya dibandingkan skor tinggi yang didapat dengan kecurangan. Selain itu,
beliau juga memotivasi siswanya untuk giat belajar mengingat mereka akan menghadapi Ujian Nasional. Mereka di motivasi
untuk belajar lebih keras agar bisa melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri.
2.7.
Fasilitas Kelas
Berdasarkan
observasi kami di SDN 064988 di kelas 6A
dan 6C memiliki fasilitas yang cukup memadai. Seperti dimana terdapat papan
tulis putih, spidol, meja dan kursi yang terbuat dari kayu, tabel absensi
siswa, jam, daftar nama murid, serta lemari. Selain itu terdapat beberapa hasil karya siswa-siswa yang tergantung di
dinding-dinding kelas yang berhubungan
dengan materi pelajaran. Seperti gambar peta Indonesia, foto presiden
Indonesia, gapura garuda.
2.8.
Evaluasi
1. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan
pembelajaran yang digunakan di SD Negeri 064988 adalah pendekatan terpadu. Pendekatan ini merupakan pendekatan
yang intinya memadukan dua unsur atau lebih dalam suatu kegiatan pembelajaran.
Dua unsur disini adalah meggunakan pendekatan tujuan pembelajaran dan
pendekatan tujuan. Pemaduan dilakukan dengan menekankan pada prinsip
keterkaitan antar satu unsur dengan unsur lain, sehingga diharapkan terjadi
peningkatan pemahaman yang lebih bermakna dan peningkatan wawasan karena satu
pembelajaran melibatkan lebih dari satu cara pandang.
Pendekatan
terpadu dapat di implementasikan dalam berbagai model pembelajaran.
Metode
Pembelajaran
Berdasarkan fakta lapangan di SD Negeri
No. 064988 pada saat itu guru mengajar kepada murid-muridnya mengenai bab Tata
Surya. Metode pembelajaran yang digunakan di kelas 6B dan 6C adalah sama. Namun, yang membedakannya adalah
pada saat awal pembelajaran di kelas 6B guru menstimulasi murid-muridnya dengan
mengajak murid-muridnya untuk bernyanyi bersama. Berikut metode pembelajaran
yang digunakan.
·
Pada saat awal pembelajaran guru
menggunakan metode ceramah, yang mana guru menjelaskan terlebih dahulu materi
pelajaran yang akan dibahas secara lisan.
·
Lalu selanjutnya guru menggunakan metode
tanya jawab. Guru menunjuk murid untuk menjawab pertanyaan. Dengan mengajukan pertanyaan yang
terarah, siswa akan tertarik dalam mengembangkan daya pikir. Kemampuan berpikir
siswa dan keruntutan dalam mengemukakan pokok – pokok pikirannya dapat
terdeteksi ketika menjawab pertanyaan.
·
Setelah itu, guru
menggunakan metode penugasan yang berarti guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan
belajar.Metode ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, meransang untuk
belajar lebih banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan membina
kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi.
2.
MOTIVASI
Berdasarkan
pengamatan kami, di SD Negeri No 064988
untuk kelas 6A perspektif
motivasi dalam pembelajaran cenderung lebih condong pada motivasi perspektif
sosial dan perspektif kognitf karena siswa SD pada kelas 6A cenderung lebih
aktif dalam pembelajaran yang diajarkan guru mereka dalam kelas. Terdapat
jalinan hubungan positif terhadap guru yang mengajar dikelas dengan siswa-
siswi tersebut serta mereka termotivasi secara kompetensi yaitu dapat
menciptakan suasana yang efektif antara guru dan siswanya melalui nyanyian yang
edukatif berkaitan dengan pembelajaran. Serta siswa-siswi tersebut tidak merasa
terbebani dalam mata pelajaran yang diajarkan guru mereka. Mereka belajar
dengan susana yang menyenangkan.
Sedangkan
pengamatan kami pada kelas 6C perspektif motivasi pembelajaran cenderung lebih condong pada motivasi pespektif
Humanistik karena mereka lebih cenderung memilih untuk menjawab pertanyaan guru
mereka atau tidak. Dan dapat dibuktikan dengan respon siswa dimana tergantung
pada pertanyaan yang diajukan gurunya. Mereka cenderung memilih untuk diam saat
guru mereka memberi pertanyaan yang sulit menurut mereka. Sebaliknya, mereka
akan banyak menjawab saat guru mengajukan pertanyaan yang mudah.
Motivasi
ekstrinsik dan motivasi intrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah melakukan
sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain ( cara untuk mencapai tujuan).
Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti hukuman
dan imbalan. Berdasarkan hasil observasi kami di SD Negeri 064988 kelas 6B dan
6C bahwa siswa mendapatkan motivasi eksternal disaat kami sedang melakukan sesi
tanya jawab dengan memberi reward atau hadiah bagi siswa yang mengangkat tangan
dan menjawab beberapa pertanyaan seputar pelajaran ipa. Sebagian besar siswa
memiliki motivasi eksternal yang kuat untuk menjawab beberapa pertanyaan kami
seputar ipa. Mereka dipengaruhi oleh kondisi dimana motivasi eksternal berupa
pemberian hadiah cokelat dan juga melihat temannya yang lain antusias
mengangkat tangan maka siswa atau murid juga termotivasi untuk menjawab
pertanyaan dan mendapatkan hadiah. Kami dalam hal memberi motivasi menggunakan
dasar teori pengondisian klasik (classical conditioning).
Teori
ini dikemukakan oleh ahli behavioristik rusia yaitu ivan pavlov. Ivan pavlov
tertarik pada cara tubuh mencerna makanan. Dalam eksperimennya, dia secara
rutin meletakkan bubur daging di depan mulut anjing yang menyebabkan anjing
mengeluarkan air liur. Anjing mengeluarkan air liur disaat sejumlah stimuli
direspon dengan makanan seperti ketika dia melihat piring makanan, orang yang
membawa makanan , suara pintu tertutup saat makanan tiba dan teori inilah yang
dikenal sebagai teori pembelajaran klasik ( classical conditioning ).
Pengkondisian
klasik adalah tipe pembelajaran dimana suatu organisme
belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimuli. Ada beberapa istilah
dalam pengkondisian klasik yaitu, US (unconditioned
stimulus), UR (unconditioned response),
CS (conditioned stimulus), dan CR (conditioned respons).
Dalam hal observasi kami di SD Negeri 064988
kelas 6B dan 6C dimana uconditioned stimulus (UC) atau stimulus yang tidak kami
kondisikan adalah cokelat, dimana UR (unconditioned
respons) adalah rasa penasaran murid tentang cokelat tersebut, dimana untuk
awal pertanyaan adalah stimulus netral. Pertanyaan (stimulus )kami tambahkan
dengan Unconditioned response atau cokelat maka murid antusias (unconditioned response). Ada periode
dimana murid menunjuk jari untuk pertanyaan kami tetapi hanya beberapa murid
yang kami tunjuk. lama kelamaan pertanyaan itu bagi murid bukan lagi stimulus
netral tapi adalah sebuah stimulus terkondisi (conditioned stimulus) juga antusias murid dalam menjawab pertanyaan
adalah suatu respon terkondisi (unconditioned
response). Tetapi ada kalanya terjadi pelenyapan atau extention yaitu
pelemahan conditioned response (CR)
karena tidak adanya unconditioned
stimulus (US). Dalam beberapa sesi pertanyaan ada beberapa murid mengangkat
tangan untuk menjawab pertanyaan tetapi kami menunjuk murid lainnya maka anak
yang tidak kami tunjuk tadi lama kelamaan tidak lagi termotivasi untuk menjawab
pertanyaan maka dia tidak lagi menunjuk tangan dan terjadilah pelenyapan atau extention.
Motivasi
instrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu
demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Dalam observasi kami di SD Negeri
064988 kelas 6B saat guru mengajukan pertanyaan maka ada beberapa murid
menjawab pertanyaan guru tentang planet tanpa disertai imbalan tetapi mendapat
pujian dari guru dan murid semakin meningkat motivasi intrinsiknya. Sedangkan
untuk kelas 6c metode guru untuk membuat murid mendapatkan motivasi
intrinsiknya adalah dengan menyanyi lagu tentang planet dan memotivasi murid
untuk lebih mengenal nama nama planet.
eterminasi
diri dan pilihan personal. Salah satu pandangan tentang
motivasi intrinsik menekankan pada determinasi diri (deCharms et al., 1984)
yaitu murid ingin percaya diri bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan
sendiri bukan karena imbalan eksternal. Pada observasi kami di SD Negeri 090630
kelas 6B bahwa guru menggunakan metode ceramah yang hanya beberapa murid yang
antusias menjawab pertanyaan tentang planet sedang yang lainya tidak menanggapi
kalau tidak ada imbalan ekstrinsik. Sedangkan untuk kelas 6C bahwa guru
menggunakan metode pembelajaran edukatif yaitu menyanyi dimana secara
keseluruhan murid ikut serta dalam mempelajari planet dengan menyanyi bersama
dan mengenal nama nama planet secara bersama.
Pengalaman
optimal adalah perasaan senang atau gembira yang besar
terhadap sesuatu yaitu ketika seseorang mengetahui dan berkonsentrasi penuh
saat melakukan suatu aktivitas dengan dikenal sebagai istilah flow. Dengan
terlibat dalam tantangan yang mereka anggap tidak sulit dan juga tidak terlalu
mudah. Hasil observasi kami di SD Negeri 064988 kelas 6B bahwa flow atau
pengalaman optimal hanya terjadi pada beberapa murid yang memiliki pengetahuan
yang besar, sedangkan karena guru hanya menggunakan metode ceramah yang tidak
efektif membuuat murid yang antusias tetapi karena aktivitas yang dihadapinya
tidak menantang maka hasilnya adalah kejemuan. sedangkan secara keseluruhan
apabila memakai motivasi ekstrinsik murid memiliki rata rata pengetahuan yang
tinggi dan hanya beberapa murid yang memilik pengetahuan yang rendah dan
memiliki sikap apati atau tidak percaya diri. Sedangkan untuk kelas 6C murid
secara keseluruhan diajak untuk aktif dalam akktivitas yang tidak terlalu berat
tetapi menimbulkan perasaan bahagia seperti menyanyi maka pengalaman optimal
kelas 6C tinggi.
Imbalan
ektrinsik dan motivasi intrinsik
Imbalan
ekstrinsik dapat berguna untuk mengubah perilaku.
Akan tetapi dalam suatu situasi imblab atau hadiah dapat melemahkan
pembelajaran contoh obervasi kami di SD Negeri 064988 kelas 6B adalah murid
yang menjawab pertanyaan karena tertarik dengan pelajaran yang tidak ada
imbalan lebih tertarik belajar dibanding murid yang hanya mengetahui pelajaran
ipa karena ada imbalan. Murid yang termotivasi karena ada imbalan hanya antusias
apabila diberi imbalan sedangakan murid yang ada atau tidak ada imbalan akan
selalu termotivasi menjawab pertanyaan.
·
Perencanaan
dan instruksi pelajaran teacher centered
Fokus di sekolah adalah pada perencanaan
dan instruksi guru. Dalam pendekatan ini , perencanaan dan instruksi disusun
dengan ketat dan guru mengarahkan
pembelajaran murid.
·
Perencanaan
pelajaran teacher-centered
Tiga alat umum di sekolah yang berguna
dalam perencanaan teacher centered
adalah menciptakan sasaran behavioral ( perilaku ), menganalisis tugas dan
menyusun taksonomi (klasifikasi) instruksional.
Menciptakan
sasaran behavioral.
Sasaran behavioral ( behavioral
objectives) adalah pernyataan tentang perubahan yang diharapkan oleh guru akan
terjadi dalam kinerja murid. Menurut
robert majer ( 1962 ),sasaran behavioral harus spesifik. Mager percaya bahwa
sasaran behavioral harus mengandung tiga bagian :
·
Perilaku murid. Fokus pada apa yang akan
dipelajari atau dilakukan murid. Pada observasi
di SD Negeri 064988 kelas 6B dan kelas 6C guru fokus dengan apa yang
dilakukan murid dikelas dengan menjaga kondisi kelas tetap kondusif dan tenang
juga fokus terhadap apa yang diterangkan olehnya dan apakah yang diterangkan
guru tersebut dipahami oleh murid tersebut.
·
Kondisi dimana perilaku terjadi.
Menyatakan bagaimana perilaku akan dievaluasi atau dites.
Pada
hasil observasi kami di SD Negeri 064988 kelas 6A dan 6C pada akhir pembahasan
per-topik materi maka guru akan mengajukan beberapa pertanyaan untuk menguji
tingkat kepahaman murid terhadap materi yang baru dibahas.
·
Kriteria kinerja. Menentukan level
kinerja yang dapat diterima. Berdasarkan hasil 0bservasi kami di SD Negeri
060960 kelas 6A dan 6C murid pada akhir pembelajaran akan membuat kuis
pertanyaan terkait pembelajaran yang baru dipelajari dan materi yang diujikan
mempunyai kriteria soal yang menguji kinerja murid dalam memahami materi.
Menganalisis
tugas
Menganalisis tugas adalah alat lain
dalam perencanaan teachered centered adalah anilisis tugas, yang difokuskan
pada pemecahan suatu tugas kompleks yang dipelajari murid menjadi komponen –
komponen ( Alberto et al., 1990). Analisis ini dapat melalui tiga langkah dasar
( Moyer et al., 1978):
·
Menentukan keahlian atau konsep yang
diperlukan murid untuk mempelajari tugas.
Berdasarkan
hasil observasi kami di SD Negeri 064988 kelas 6B dan 6C bahwa guru memeriksa
apakah murid membawa buku pelajaran yang diperlukan dalam proses pembelajaran
juga memakai konsep ceramah dalam hal proses mengajar.
·
Mendaftar materi yang dibutuhkan untuk
melakukan tugas , seperti kertas,pensil kalkulator dan sebagainya. Pada hasil
observasi kami di SD Negeri 064988 kelas 6B dan 6C secara keseluruhan murid
lengkap dalam hal perlengkapan pembelajaran seperti pensil,pulpen,penggaris dan
juga alat tulis lainnya. juga perlengkapan kelas lainnya yang menunjang proses
belajar mengajar seperti papan tulis dan kapur tulis lengkap.
·
Mendaftar semua komponen tugas yang harus
dilakukan. Berdasarkan hasil observasi kami di SD Negeri 064988 kelas 6B dan 6C
guru membuat daftar pertanyaan sebelum melakukan proses mengajar dan memberikan
pertanyaan pada akhir pembelajaran.
Menyusun
taksonomi instruksional. Instruksi taksional juga membantu
pendekatan teachered centered . taksonomi adalah sistem klasifikasi. Taksonomi
ini mengklasifikasikan sasaran pendidikan menjadi tiga domain : kognitif,
afektif, dan psikomotor.
Domain
kognitif.mengandung 6 sasaran yaitu :
·
Pengetahuan. Murid punya kemampuan untuk
mengingat informasi. Berdasarkan hasil observasi kami bahwa murid mempunyai
kemampuan untuk mendeskripsikan beberapa hal yang menyangkut tata surya seperti
, nama planet, jenis planet dan benda angkasa.
·
Pemahaman adalah murid memahami informasi
dan menerangkannya dengan kalimat sendiri. Berdasarkan hasil observasi kami
pada kelas bahwa masih banyak murid yang belum bisa mendeskripsikan planet
tanpa melihat buku dan menjawab pertanyaan yang diajukan dengan melihat buku.
·
Aplikasi. Murid menggunakan pengetahuan
problem kehidupan nyata.
·
Analisis. Murid memecah informasi yang
kompleks menjadi bagian kecil kecil dan mengaitkan dengan informasi lain.
Berdasarkan hasil observasi kami bahwa murid dapat menganalisis perbedaan
beberapa planet dengan planet lainnya.
·
Sintesis.murid mengombinasikan elemen
elemen dan menciptakan informasi baru.
Berdasarkan hasil observasi kami bahwa beberapa murid mencatat beberapa
informasi penting yang ditulis guru di papan tulis.
·
Evaluasi.murid membuat penilaian dan keputusan
yang baik. Berdasarkan hasil observasi kami bahwa murid menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh guru berasarkan hasil pembelajaran yang diajukan guru.
Domain
afektif adalah yang berhubungan dengan respons emosional
terhadap tugas ( Krathworl et al., 1964). Terdiri atas 5 sasaran yaitu agar murid menunjukan tingkat
komitmen atau intensitas emosional tertentu :
·
Penerimaan. Murid mengetahui atau
memperhatikan sesuatu di lingkungan.
Dalam hal observasi kami di SD Negeri 064988 kelas 6A dan 6C Pada saat
kami datang ke kelas untuk melakukan observasi dan kami bertanya tentang hal
pembelajaran. Secara keseluruhan murid mendengarkan pertanyaan kami.
·
Respons. Murid termotivasi untuk belajar
dan menunjukan perilaku baru sebagai hasil dari pengalamannya. Dalam hal observasi kami di SD Negeri 064988
kelas 6A dan 6C Pada saat kami
mengajukan pertanyaan murid merespon dengan mengangkat tangan untuk menjawab
pertanyaan dari kami.
·
Menghargai. Murid terlibat atau
berkomitmen pada beberapa pengalaman.
Dalam hal observasi kami di SD Negeri 064988 kelas 6A dan 6C Murid
menghargai bahwa menjawab pertanyaan sebagai kemampuan yang penting.
·
Pengorganisasian. Murid mengintegrasikan
nilai baru ke perangkat nilai yang sudah ada dan memberi prioritas yang tepat. Dalam hal observasi kami di SD Negeri 064988
kelas 6A dan 6C murid yang tidak mengangkat tangan kami minta berpartisipasi
dalam hal menjawab pertanyaan yang kami ajukan.
·
Menghargai karakterisasi, yaitu murid
bertindak sesuai dengan nilai tersebut dan berkomitmen terhadap nilai
tersebut. Dalam hal observasi kami di SD
Negeri 064988 kelas 6A dan 6C, kami menghimbau kepada murid yang ada dikelas
agar tidak menjawab pertanyaan dari guru hanya karena memperoleh imbalan saja
tetapi karena kemauan diri sendiri.
Domain
psikomotor. Kebanyakan dari kita menghubungkan aktivitas motor
dengan pendidikan fisik dan atletik, tetapi banyak subjek lain, seperti menulis
dengan tangan dn pengolahan kata , juga membutuhkan gerakan dan menggunakan
peralatan yang kompleks seperti: seni visual dan pahat membutuhkan
koordinasi mata dan tangan. Sasaran
psikomotor menurut blossom adalah :
·
Gerak refleks. Murid merespon suatu
stimulus dengan gerak refleks tanpa perlu banyak berpikir.
·
Gerak fundamental dasar.murid melakukan
gerakan dasar untuk tujuan tertentu.
·
Kemampuan perseptual. Murid menggunakan
indra, seperti penglihatan, pendengaran, atau sentuhan untuk melakukan sesuatu.
·
Kemampuan fisik. Murid mengembangkan
daya tahan, kekuatan dan fleksibilitas dan kegesitan.
·
Gerakan terlatih. Murid melakukan
ketrampilan fisik yang kompleks dengan lancar.
·
Perilaku nondiskusif. Murid
mongkomunikasikan perasaan dan emosinya melalui gerak tubuh.
Intruksi
langsung adalah pendekatan teacher centered yang terstrukur
yang dicirikan oleh arahan dan kontrol guru, ekspetasi guru yang tinggi
terhadap kemajuan murid dan usaha guru
meminimalisir pengaruh negatif terhadap murid. Berdasarkan hasil pengamatan
kami bahwa guru dalam hal agar siswa mengikuti pelajaran adala dengan
memberikan instruksi perhatian murid ke papan tulis, juga murid diberikan
ekspetasi yang tinggi terhadap kemajuan murid di kelas. Guru meminimalisir efek
keributan dalam hal proses belajar mengajar adalah memberi insruksi untuk tidak
ribut ke murid dan tidak menggunakan hukuman sebagai alat meminimalisir
perilaku negatif siswa.
Strategi
instruksional teacher – centered
Berdasarkan
hasil observasi kami guru di kelas 6A dan 6C meorientasikan materi baru dengan
mengaitkan ke materi berikutnya juga memberikan instruksi ang jelas tentang
pelajaran yang akan dipelajari.
Berdasarkan
hasil pengamatan kami bahwa guru di kelas 6C memakai metode instruksi langsung
yaitu pengajaran. Pengajaran yang dilakukan yaitu guru menerapkan waktu yang
lebih banyak untuk menerangkan dan mendemonstrasikan materi dan kebanyakan
murid tidak aktif dalam proses belajar dengan metode tersebut, selain itu guru
di kelas 6C memakai metode instruksi langsung yaitu pertanyaan dan diskusi
dimana guru di kelas 6C mengajukan pertanyaan kepada murid selesai materi
pembelajaran.
Berdasarkan Guru
di kelas 6C memakai metode instruksi langsung mastery learning dimana guru
mengajar menggunakan konsep atau cara tertentu dalam belajar. Guru dikelas 6C
mengajarkan nyanyian terkait sistem tata surya dan juga seatwork atau pekerjaan
di bangku masing masing seperti pengerjaan tuggas selesai materi.
Beberapa
strategi instruksional learned centered
Pembelajaran berbasis problem
Berdasarkan
bahwa guru di kelas 6C memakai teori ini dimana masalah berkaitan tentang tata
surya dan kondisi iklim ditanyakan kemurid, misalnya: guru: ”kalau misalnya
kita tinggal di gurun apa yang terjadi pada kondisi tubuh kita”. Maka murid
merespon : “ tubuh kita akan panas bu dan akan haus disana karena air sedikit”.
Maka guru kelas 6C memakai metode learned
centered yaitu kurikulum berdasarkan problem.
Pertanyaan essensial adalah
pertanyaan yang mereflesikan inti dari kurikulum. Hal yang paling penting yang
harus dieksplorasi dan dipelajari murid. Berdasarkan bahwa guru kelas 6C
memakai metode instruksi ini dimana guru mengajukan pertanyaan
Guru
:” murid murid apa yang dimaksud tata surya dan apa benda bendanya.”
Maka murid
menjawab pertanyaan ini dengan mengajukan pengertian planet, bentuk planet,
jenis peredaran planet dan nama nama planet.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Rangkuman Hasil Observasi
Observasi yang dilakukan oleh Kelompok 6
Psikologi Pendidikan di SDN 064988 Medan Johor memberikan hasil yang cukup memuaskan
kelompok. Dinamika manajemen kelas yang terjadi antara murid dan guru relevan
dengan teori belajar dan motivasi yang ada. Metode pembelajaran yang diterapkan
oleh para guru terhadap murid juga mendapat respon positif yang terlihat dari
kemajuan berpikir para murid. Suasana kelas yang menyenangkan namun tetap
kondusif juga memberi kesan “hangat”, belajar tidak terlalu kaku tetapi tidak
menghilangkan sisi formalnya.
Motivasi murid dalam belajar juga
terlihat dari sikap antusias mereka dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan guru secara lisan. Mereka tetap menjawab dengan percaya diri walaupun
salah. Namun, masih ada beberapa murid yang enggan berpartisipasi karena
mungkin masih ragu untuk menjawab (takut salah). Meskipun demikian, pemahaman
murid tentang materi yang disampaikan guru tetap tersampaikan.
Para guru dan murid di SDN 064988 juga
memiliki sikap ramah dan santun kepada tamu. Mereka menyambut anggota kelompok
dengan baik dan ceria. Mereka juga langsung merasa akrab dan tidak canggung
saat diajak bicara. Suasana kelas juga tetap belajar dengan kondusif meski ada
tamu yang duduk di dalam kelas mereka.
3.2.
Dokumentasi
Foto
Bersama Murid Kelas 6C dan Guru
|
Foto
Bersama Murid Kelas 6A dan Guru
|
Foto
Bersama Anggota Kelompok 6 Psikologi Pendidikan
|
Proses
Belajar Mengajar Kelas 6C
|
DAFTAR PUSTAKA
Nabawi, R.A. (2013, Juni 6). Tugas Akhir Psikologi Pendidikan: Observasi E-Learning. Retrieved
Maret 25, 2016, from Informatif: http://12010rmahn.blogspot.co.id/search/?q=hasil+observasi
Roestiyah.
1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Sanjaya, W. (2009). Penelitian
Pendiidikan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Santrock, J.W. (2004). Psikologi Pendidikan ed. 2. Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup.
Sukadji, S. (1993). Psikologi
Peadagogi. Depok: Universitas Indonesia.
Sukadji, S. (2000). Psikologi
Pendidikan dan Psikologi Sekolah. Depok: Universitas Indonesia.
Syah
Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru. Bandung : Remaja
Rosda Karya.
Trianto.
(2010). Pengantar Penelitian Pendidikan
bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar